Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kesalahan Dalam Mendidik Anak


Kesalahan Dalam Mendidik Anak
Setiap orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi orang baik, sukses dalam karir, mandiri, berguna bagi masyarakat, nusa dan bangsa maupun menjaga nama baik keluarga dan lain sebagainya. Tidak semua orang tua berhasil mewujudkan cita-citanya tersebut.Jika ini terjadi, jangan buru-buru menyalahkan anak, karena banyak

masalah yang timbul karena orang tua salah di dalam mendidik anak. Kesalahan besar yang sering dilakukan orang tua adalah :

Terlalu banyak tuntutan

Orangtua terlalu sering menggunakan kata harus. Kebiasaan orang tua sering menggunakan kata harus ini disebabkan mereka merasa lebih pantas dan patut memberi nasehat atau petunjuk.Akan tetapi amat disayangkan petunjuk orangtua sering kali tidak konsisten. Hal ini dapat saja terjadi karena mungkin terpengaruh oleh kondisi atau emosinya. Misalnya hari ini anak diharuskan tidur pukul delapan malam.Tapi besok anak dibiarkan untuk nonton televisi hingga pukul 10 malam karena orang tuanya asyik ngobrol dengan tamu yang berkunjung kerumahnya atau ngobrol dengan tetangga. Jika hal ini berlangsung terus menerus, anak bakal menjadi bingung. Akibatnya anak-anak mendapat kesulitan dalam membuat keputusannya sendiri.

Orangtua terlalu mengharapkan anak

Banyak orang tua yang mengharapkan anaknya harus mempunyai sifat ini dan itu. Misalnya orangtua mentargetkan anaknya agar menjadi bintang kelas, olahragawan, atau pemimpin. Padahal anaknya belum tentu mempunyai bakat yang sesuai dengan harapan orangtua. Akibatnya, bakat anak yang ada tidak dapat dioptimalkan.

Terlalu senang menghukum daripada memuji anak



Orangtua cenderung senang menghukum anak secara fisik maupun secara psikis dibandingkan dengan memujinya. Makin banyak keinginan dan kemauan orangtua dilanggar, maka akan makin keras hukuman yang akan diberikan. Padahal dipihak lain kadang keinginan dan kemauan orangtua tidak konsisten Ironisnya tidak jarang orangtua menganggap hukuman adalah satu-satunya alat dalam mendidik anak. Biasanya orangtua yang tergolong dalam kelompok ini melarang pemberian pujian karena menurut mereka pujian akan membuat anak besar kepala, manja dan sebagainya. Padahal pujian ini sangat diperlukan untuk memperkuat motivasi anak dalam melakukan hal-hal yang baik.Anak justru sengaja untuk melakukan kesalahan/pelanggaran agar ia dihukum. Dengan tingkah laku yang demikian bagi anak akan dapat membuat perhatian orang tuanya terpusat kembali kepadanya.

Terlalu sering membandingkan anak

Orang tua seringkali membandingkan anak dengan anak lain. Maksud orangtua di sini adalah agar anak terpacu motivasinya. Akan tetapi hasilnya malah sebaliknya. Anak bukan terpacu tetapi justru makin merasa tersudut dan menganggap dirinya bukanlah apa-apa atau seseorang yang tidak mempunyai arti apa-apa. Untuk mensubsitusikan perasaan ketidakberdayaannya anak akan memberontak atau membuat tingkah laku yang aneh-aneh. Oleh karena itu pandanglah anak sebagai individu yang unik. Diharapkan dengan para orangtua seperti itu dapat menumbuhkan konsep diri dan citra diri pada anak secara positif.

Biarlah anak tumbuh seperti bunga di alam dengan iramanya masing-masing. Semua anak mempunyai pesona yang berbeda-beda. Dengan model pendidikan seperti itu, anak akan merasa bangga akan dirinya sendiri anak pun akan merasa optimis dan terdorong untuk mempelajari hal-hal baru termasuk pelajaran di sekolahnya.

Terlalu melindungi anak secara berlebih-lebihan

Orangtua cenderung melindungi anak jika ada masalah. Misalnya jika anak bertengkar dengan anak tetangga. Contoh lain adalah bila anak tidak naik kelas. Jika anak tidak naik kelas, tidak jarang orangtua berusaha melobi guru dengan cara yang bermacam-macam seperti bagi orang tua yang mempunyai jabatan dan yang mampu dengan cara membantu atau menyumbang ke sekolah baik uang, bangunan, bahan-bahan material maupun keperluan-keperluan sekolah yang lain, melalui fasilitas kantor maupun kepunyaan pribadinya langsung dengan tujuan agar anaknya dinaikkan. Jika ini dilakukan terus-menerus, anak akan menjadi tergantung pada orangtua atau orang lain sepanjang hidupnya. Atau mereka tidak pernah dapat bertanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri sehari-hari.